Mengenal Tradisi Peresean Duel Tongkat Khas Lombok
Lombok, pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya yang memesona, menyimpan kekayaan budaya yang tak kalah menarik. Di balik hamparan pasir putih dan laut biru yang menawan, terdapat tradisi unik yang telah diwariskan turun-temurun, yaitu Peresean. Bukan sekadar tarian atau pertunjukan biasa, Peresean adalah sebuah duel tongkat yang sarat makna, simbol kekuatan, keberanian, dan kearifan lokal masyarakat Sasak. Tradisi ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga cerminan nilai-nilai luhur yang masih dijaga hingga saat ini.
Peresean, dalam bahasa Sasak, berasal dari kata "rese" yang berarti "beradu" atau "bertarung". Pertunjukan ini melibatkan dua pesilat yang disebut "pemain" atau "pesilat", yang saling beradu menggunakan sepasang tongkat yang disebut "penjalin". Tongkat ini bukan tongkat biasa, melainkan terbuat dari kayu yang keras dan kuat, dipilih dan diolah secara khusus agar lentur dan tahan lama. Proses pemilihan kayu hingga pembuatan penjalin sendiri merupakan sebuah ritual yang penuh makna, mencerminkan keseriusan dan kesakralan tradisi ini.
Sebelum memasuki arena, para pesilat menjalani ritual khusus yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan keberhasilan. Ritual ini melibatkan doa-doa dan sesajen, menunjukkan bahwa Peresean bukanlah sekadar pertarungan fisik, melainkan juga pertarungan spiritual. Mereka mempersiapkan diri secara fisik dan mental, memperlihatkan dedikasi dan disiplin yang tinggi. Tubuh mereka dilumuri minyak dan ramuan tradisional, bukan hanya untuk melindungi kulit dari benturan, namun juga dipercaya untuk menambah kekuatan dan stamina.
Arena Peresean sendiri bukanlah sembarang tempat. Arena ini disebut "paresean", dibuat dari tanah yang dipadatkan, berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 10 meter. Di tengah arena, terdapat garis pembatas yang membagi arena menjadi dua bagian. Garis ini bukan sekadar pembatas, melainkan simbol keseimbangan dan keadilan dalam pertarungan.
Pertarungan diawali dengan tari-tarian pembuka yang dilakukan oleh para pesilat. Tari ini bukan hanya sekadar atraksi, melainkan juga sebagai pemanasan dan untuk menunjukkan kesiapan mental dan fisik para pesilat. Gerakan-gerakannya dinamis dan penuh energi, menunjukkan semangat juang yang tinggi. Setelah tari pembuka, dua pesilat kemudian memasuki arena dengan langkah yang tegap dan penuh percaya diri.
Pertarungan Peresean bukan sekadar saling pukul-memukul. Ada aturan dan etika yang harus dipatuhi oleh para pesilat. Tujuan utama bukanlah untuk melukai lawan secara serius, melainkan untuk menunjukkan keahlian, keberanian, dan strategi dalam bertarung. Para pesilat harus mampu menguasai teknik-teknik bela diri yang telah mereka pelajari selama bertahun-tahun. Mereka harus mampu membaca gerakan lawan dan mengantisipasinya dengan tepat.
Salah satu hal yang menarik dari Peresean adalah penggunaan pelindung tubuh yang unik. Para pesilat menggunakan pelindung kepala yang terbuat dari anyaman rotan yang keras, disebut "beleq". Pelindung ini melindungi kepala dari benturan keras tongkat. Selain itu, mereka juga menggunakan pelindung dada dan tangan yang terbuat dari kulit atau bahan lain yang kuat. Meskipun menggunakan pelindung, benturan tongkat tetap terasa dan memerlukan ketahanan fisik yang luar biasa.
Selama pertarungan, terdengar suara-suara keras dari benturan tongkat yang saling beradu. Suara ini menggema di sekitar arena, menambah suasana dramatis dan menegangkan. Para penonton pun terpaku menyaksikan setiap gerakan para pesilat, merasa terhanyut dalam ketegangan dan kegembiraan. Mereka bersorak dan memberikan dukungan kepada pesilat kesayangan mereka.
Pertarungan biasanya berlangsung beberapa ronde, tergantung pada kesepakatan antara kedua pesilat. Pertarungan berakhir ketika salah satu pesilat menyerah atau tidak mampu melanjutkan pertarungan. Namun, penyerahan bukanlah tanda kekalahan, melainkan bentuk penghormatan dan mengakui kemampuan lawan. Setelah pertarungan selesai, kedua pesilat saling berjabat tangan sebagai tanda sportifitas dan persahabatan.
Peresean bukan hanya sekadar pertunjukan bela diri, melainkan juga sebuah ritual sosial yang memperkuat ikatan sosial masyarakat Sasak. Peresean sering diadakan pada acara-acara penting, seperti upacara adat, perayaan panen, atau acara-acara lainnya. Acara ini menjadi ajang silaturahmi dan mempererat hubungan antar anggota masyarakat. Peresean juga menjadi wahana untuk melestarikan budaya dan tradisi lokal.
Peran para pelatih atau guru Peresean sangat penting dalam menjaga kelangsungan tradisi ini. Mereka tidak hanya mengajarkan teknik-teknik bela diri, melainkan juga nilai-nilai moral dan etika yang terkandung dalam Peresean. Para pelatih berperan sebagai pembimbing dan mentor bagi para pesilat muda, mengajarkan mereka disiplin, kesabaran, dan rasa hormat kepada lawan.
Keberadaan Peresean saat ini menghadapi tantangan modernisasi. Perubahan zaman dan gaya hidup modern dapat mengancam kelestarian tradisi ini. Namun, upaya pelestarian terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat setempat. Berbagai pelatihan dan pementasan Peresean secara rutin diadakan untuk menarik minat generasi muda. Upaya ini diharapkan dapat menjaga kelangsungan tradisi Peresean untuk generasi mendatang.
Sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, Peresean telah mendapatkan pengakuan internasional. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya Lombok. Pementasan Peresean seringkali menjadi bagian dari paket wisata budaya, memberikan nilai tambah bagi sektor pariwisata Lombok. Dengan demikian, Peresean tidak hanya melestarikan budaya, melainkan juga berkontribusi pada perekonomian masyarakat setempat.
Melihat lebih jauh, Peresean mengajarkan lebih dari sekadar keterampilan bertarung. Ia mengajarkan tentang sportivitas, disiplin, kehormatan, dan pengendalian diri. Nilai-nilai ini sangat relevan dengan kehidupan modern saat ini. Peresean mengajarkan pentingnya menghargai lawan, menerima kekalahan dengan lapang dada, dan mencari kemenangan dengan cara yang terhormat. Ini adalah pelajaran berharga yang dapat dipetik dari tradisi unik ini.
Oleh karena itu, Peresean bukan hanya sebuah tradisi yang patut dilestarikan, melainkan juga sebuah warisan berharga yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. Dengan memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, kita dapat mengagumi keindahan dan kearifan budaya Indonesia. Peresean adalah bukti nyata bahwa tradisi dan modernisasi dapat berjalan beriringan, asalkan ada kesadaran dan upaya untuk melestarikannya. Mari kita sama-sama menjaga dan melestarikan Peresean, warisan budaya Lombok yang membanggakan.