Indonesia, dengan kekayaan budayanya yang luar biasa, menyimpan beraneka ragam tradisi pernikahan yang unik dan menarik. Salah satunya adalah Begawe, pesta adat pernikahan suku Sasak di Nusa Tenggara Barat. Lebih dari sekadar upacara perkawinan, Begawe merupakan perwujudan kearifan lokal, nilai-nilai sosial, dan kekayaan budaya suku Sasak yang patut untuk kita telusuri dan apresiasi.
Begawe bukanlah sekadar pesta meriah semata. Ia merupakan rangkaian prosesi yang panjang dan sarat makna, melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Setiap tahapannya memiliki filosofi dan simbolisme yang mendalam, mencerminkan pandangan hidup dan keyakinan masyarakat Sasak terhadap kehidupan berumah tangga. Memahami Begawe berarti menyelami lebih dalam kekayaan budaya dan spiritualitas suku Sasak.
Sebelum membahas prosesi Begawe secara rinci, penting untuk memahami konteks sosial budaya masyarakat Sasak. Sistem kekerabatan dan struktur sosial mereka sangat berpengaruh terhadap tata cara pelaksanaan pernikahan. Dalam masyarakat Sasak, keluarga memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam perencanaan dan pelaksanaan Begawe. Gotong royong dan kebersamaan menjadi nilai utama yang dijunjung tinggi, tercermin dalam keterlibatan aktif seluruh anggota keluarga dan tetangga dalam mempersiapkan dan menyelenggarakan pesta pernikahan.
Tahapan-tahapan Begawe sendiri cukup kompleks dan bervariasi, tergantung pada status sosial dan kemampuan ekonomi keluarga mempelai. Namun, secara umum, terdapat beberapa tahapan utama yang selalu ada, yaitu:
1. Nenget: Tahap ini merupakan tahap awal dari rangkaian prosesi Begawe. Nenget merupakan prosesi lamaran atau permohonan izin kepada keluarga perempuan untuk melamar putrinya. Proses ini dilakukan oleh pihak laki-laki dengan membawa seserahan berupa makanan, kain tenun, dan uang sebagai tanda keseriusan. Besarnya seserahan ini pun bervariasi, disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga laki-laki dan kesepakatan kedua belah pihak. Nenget bukan hanya sekadar pemberian seserahan, tetapi juga merupakan ajang silaturahmi dan pengenalan antara kedua keluarga. Dalam tahap ini, kedua keluarga akan berunding dan membahas berbagai hal terkait pernikahan, termasuk tanggal pernikahan, jumlah maskawin, dan lain sebagainya. Proses negosiasi ini dilakukan dengan penuh kearifan dan saling menghormati.
2. Belah Dango: Setelah Nenget diterima, tahapan selanjutnya adalah Belah Dango. Belah Dango merupakan prosesi pemberian tanda jadi atau uang muka kepada keluarga perempuan. Uang ini sebagai simbol keseriusan pihak laki-laki untuk menikahi putrinya. Besarnya uang muka ini juga disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Proses Belah Dango ini menandai dimulainya persiapan pernikahan secara lebih serius. Kedua keluarga akan mulai mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pesta pernikahan, mulai dari makanan, minuman, dekorasi, hingga pakaian adat.
3. Ngiring Penganten: Ini merupakan prosesi inti dari Begawe, yaitu prosesi pengantaran mempelai perempuan ke rumah mempelai laki-laki. Prosesinya sangat meriah dan melibatkan banyak orang. Mempelai perempuan diarak dari rumah keluarganya menuju rumah mempelai laki-laki dengan diiringi oleh keluarga, kerabat, dan teman-teman. Mereka mengenakan pakaian adat Sasak yang indah dan berwarna-warni, menambah semarak suasana. Proses pengantaran ini diiringi dengan musik tradisional Sasak yang menambah keindahan dan keunikan prosesi. Ngiring Penganten bukan sekadar prosesi pengantaran, tetapi juga merupakan simbol penggabungan dua keluarga menjadi satu.
4. Mapencak: Setelah prosesi Ngiring Penganten, acara dilanjutkan dengan Mapencak. Mapencak merupakan pertunjukan silat tradisional Sasak yang biasanya ditampilkan untuk menghibur para tamu undangan. Pertunjukan Mapencak ini menjadi bagian tak terpisahkan dari Begawe, menambah semarak dan kegembiraan pesta pernikahan. Mapencak juga melambangkan keberanian dan ketahanan, yang diharapkan dimiliki oleh pasangan pengantin dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
5. Makan Bersama (Begawe): Puncak dari rangkaian acara Begawe adalah makan bersama atau yang disebut dengan Begawe. Pada acara ini, seluruh keluarga, kerabat, dan tamu undangan berkumpul dan menikmati hidangan yang telah disiapkan. Hidangan yang disajikan biasanya berupa makanan tradisional Sasak, seperti nasi balado, ayam taliwang, sate rempah, dan berbagai macam jajanan tradisional lainnya. Makan bersama ini bukan hanya sekadar makan-makan biasa, tetapi juga merupakan simbol kebersamaan dan persatuan. Dalam acara ini, terjalin interaksi sosial yang erat antara para tamu undangan, memperkuat tali silaturahmi antar keluarga dan masyarakat.
Pakaian Adat dan Perhiasan:
Keindahan Begawe juga terletak pada penggunaan pakaian adat dan perhiasan yang dikenakan oleh mempelai. Pakaian adat Sasak yang dikenakan oleh mempelai perempuan biasanya berupa kain tenun ikat dengan motif yang khas dan indah. Kain tenun ini bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga merupakan karya seni yang memiliki nilai estetika dan budaya yang tinggi. Selain kain tenun, mempelai perempuan juga mengenakan berbagai macam perhiasan, seperti gelang, kalung, dan anting-anting yang terbuat dari emas atau perak. Perhiasan ini melambangkan kemakmuran dan keindahan. Mempelai laki-laki juga mengenakan pakaian adat Sasak yang khas, yang mencerminkan ketampanan dan kegagahan.
Makna dan Nilai Begawe:
Begawe lebih dari sekadar pesta pernikahan. Ia merupakan perwujudan dari nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Sasak. Gotong royong, kebersamaan, dan saling menghormati merupakan nilai-nilai utama yang tercermin dalam setiap tahapan Begawe. Begawe juga merupakan sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan masyarakat. Melalui Begawe, terjalin interaksi sosial yang erat, memperkuat ikatan kekeluargaan dan kebersamaan. Selain itu, Begawe juga merupakan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan, khususnya dalam rangka memulai kehidupan rumah tangga yang baru.
Dalam konteks modern, Begawe masih tetap dilestarikan dan dirayakan oleh masyarakat Sasak. Meskipun ada beberapa penyesuaian dengan perkembangan zaman, namun nilai-nilai dan esensi dari Begawe tetap dipertahankan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat Sasak dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur.
Melihat tradisi Begawe, kita dapat belajar banyak hal tentang nilai-nilai kehidupan, seperti pentingnya keluarga, kebersamaan, dan saling menghormati. Begawe merupakan bukti nyata bagaimana sebuah tradisi dapat bertahan dan berkembang di tengah perubahan zaman, sekaligus menjadi cerminan kekayaan budaya Indonesia yang patut kita lestarikan. Dengan memahami dan mengapresiasi Begawe, kita turut serta melestarikan warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya. Semoga tradisi Begawe tetap lestari dan terus diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.