Di balik hamparan hijau yang membentang luas, tersembunyi sebuah warisan budaya yang kaya: proses pengolahan kopi tradisional. Mengikuti jejak para petani kopi di sini adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan, menyatukan keindahan alam dengan kearifan lokal dalam menciptakan secangkir kopi berkualitas. Aroma kopi yang khas, mencampur aroma tanah vulkanik yang subur, menjadi penanda perjalanan ini.
Perjalanan dimulai dengan mengunjungi perkebunan kopi yang terletak di ketinggian tertentu di lereng Rinjani. Udara sejuk khas pegunungan menyambut kedatangan kita, diiringi kicau burung dan gemerisik daun-daun yang tertiup angin. Tanaman kopi, dengan buahnya yang merah mengkilap, berjejer rapi di antara pepohonan rindang. Pemandangan ini saja sudah cukup untuk menenangkan jiwa dan memberikan inspirasi.
Para petani kopi, dengan keahlian yang turun-temurun, menyambut kita dengan ramah. Mereka adalah jantung dari proses pengolahan kopi tradisional ini. Dari mereka, kita belajar betapa kaya dan rumitnya proses yang dibutuhkan untuk mengubah buah kopi merah menjadi biji kopi yang siap diseduh. Prosesnya, jauh dari yang kita bayangkan sebagai proses modern yang serba otomatis, justru sarat akan sentuhan tangan manusia dan kearifan lokal.
Tahap pertama adalah pemanenan buah kopi. Proses ini dilakukan secara selektif, hanya buah kopi yang benar-benar matang dan merah yang dipetik. Tidak seperti panen massal yang mungkin dilakukan di perkebunan kopi modern, panen di lereng Rinjani dilakukan dengan teliti, satu per satu buah kopi diperiksa sebelum dipetik. Hal ini memastikan kualitas biji kopi yang dihasilkan. Para petani dengan cekatan memanjat pohon kopi, tangan-tangan mereka terampil memilah buah yang siap panen. Ini bukan sekadar pekerjaan, melainkan sebuah seni yang telah mereka pelajari sejak kecil.
Setelah dipetik, buah kopi kemudian dibawa ke tempat pengolahan. Proses pengolahan tradisional di lereng Rinjani umumnya menggunakan metode basah (wet process). Metode ini diawali dengan proses pencucian untuk membersihkan buah kopi dari kotoran dan sisa-sisa kulit. Buah kopi yang telah bersih kemudian dikupas untuk memisahkan kulit buah dari biji kopi. Proses pengupasan ini masih sering dilakukan secara manual, menggunakan alat sederhana yang terbuat dari kayu. Ketelitian dan kehati-hatian sangat diperlukan agar biji kopi tidak rusak.
Tahap selanjutnya adalah fermentasi. Biji kopi yang telah dikupas kemudian difermentasi selama beberapa hari. Proses fermentasi ini bertujuan untuk memisahkan lapisan lendir (lendir buah) dari biji kopi. Proses fermentasi ini sangat penting karena akan mempengaruhi cita rasa kopi yang dihasilkan. Lama waktu fermentasi dan teknik yang digunakan akan menentukan karakteristik rasa kopi. Di lereng Rinjani, para petani telah memiliki pengalaman turun-temurun dalam menentukan waktu fermentasi yang tepat, menghasilkan kopi dengan rasa yang khas.
Setelah fermentasi, biji kopi kemudian dicuci kembali untuk membersihkan sisa-sisa lendir. Proses pencucian ini dilakukan secara berulang hingga biji kopi benar-benar bersih. Kualitas air yang digunakan juga menjadi faktor penting dalam proses ini. Air bersih dari mata air pegunungan di lereng Rinjani memberikan kualitas terbaik bagi biji kopi.
Setelah bersih, biji kopi kemudian dikeringkan. Proses pengeringan ini dilakukan di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering sederhana. Pengeringan yang baik akan menghasilkan biji kopi dengan kualitas tinggi. Proses pengeringan ini membutuhkan waktu yang cukup lama, terkadang hingga berminggu-minggu, tergantung kondisi cuaca. Para petani dengan sabar mengawasi proses pengeringan ini, memastikan biji kopi kering secara merata dan tidak rusak.
Setelah kering, biji kopi kemudian diproses lebih lanjut. Proses ini meliputi pengupasan kulit ari (parchment) dan pengupasan kulit perak (silver skin). Proses ini seringkali dilakukan dengan menggunakan mesin sederhana atau bahkan masih secara manual, tergantung skala produksi. Setelah proses ini, biji kopi yang sudah bersih dan kering siap untuk dipilah berdasarkan ukuran dan kualitasnya.
Proses pemilahan ini dilakukan secara manual, dengan cermat memisahkan biji kopi yang berkualitas baik dari biji kopi yang rusak atau cacat. Proses ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Biji kopi yang terpilih kemudian dikemas dan siap dipasarkan. Hasilnya? Secangkir kopi dengan cita rasa khas lereng Rinjani, yang kaya akan aroma dan cita rasa unik, hasil dari proses pengolahan tradisional yang penuh dengan dedikasi dan kearifan lokal.
Melihat proses pengolahan kopi tradisional di lereng Rinjani bukan hanya sekadar menyaksikan proses produksi kopi. Ini adalah sebuah pengalaman yang memperkaya wawasan kita tentang budaya dan kearifan lokal. Kita belajar tentang ketekunan para petani kopi, tentang proses yang panjang dan penuh kehati-hatian, serta tentang rasa hormat terhadap alam yang menjadi sumber penghidupan mereka. Setiap butir kopi yang dihasilkan adalah cerminan dari kerja keras, dedikasi, dan kearifan lokal yang terpatri dalam setiap tahapan prosesnya.
Secangkir kopi dari lereng Rinjani bukanlah sekadar minuman, melainkan sebuah pengalaman. Ini adalah rasa dari tanah vulkanik yang subur, dari udara pegunungan yang sejuk, dan dari tangan-tangan terampil para petani yang telah menjaga tradisi ini selama bergenerasi. Rasa kopi ini adalah perpaduan antara alam, budaya, dan kearifan lokal yang begitu unik dan berharga. Dengan menikmati secangkir kopi ini, kita turut serta mendukung kelestarian budaya dan kearifan lokal di lereng Rinjani.
Mengunjungi lereng Rinjani dan menyaksikan proses pengolahan kopi tradisional ini adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Ini adalah perjalanan yang menggabungkan keindahan alam dengan kekayaan budaya, sebuah petualangan aroma dan rasa yang akan selalu terkenang. Selain menikmati secangkir kopi hasil olahan tradisional, kita juga dapat belajar banyak dari kearifan lokal dan menghargai proses panjang yang dibutuhkan untuk menghasilkan secangkir kopi berkualitas. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk lebih menghargai proses dan produk lokal yang kaya akan nilai budaya dan sejarah.