Nama yang langsung membayangkan pantai pasir putih, air laut biru kehijauan, dan matahari terbenam yang memesona. Namun, pesona Senggigi tak hanya terletak pada keindahan alamnya semata. Ada satu pengalaman unik yang tak boleh dilewatkan, yaitu berkeliling Senggigi dengan cidomo, kendaraan tradisional khas Lombok yang menawarkan sensasi petualangan berbeda.
Saya baru saja pulang dari liburan di Lombok, dan salah satu momen yang paling berkesan adalah perjalanan saya dengan cidomo di sepanjang jalanan Senggigi. Bayangan tentang cidomo yang saya miliki sebelumnya adalah sekadar kendaraan sederhana, mungkin sedikit usang dan kurang nyaman. Namun, pengalaman nyata jauh melampaui ekspektasi saya. Perjalanan ini bukan sekadar perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, melainkan sebuah pengalaman budaya yang kaya dan menyenangkan.
Pagi itu, matahari bersinar hangat menyambut saya. Udara sejuk khas pantai bercampur aroma laut yang segar menambah semangat. Setelah sarapan di sebuah warung lokal, saya memutuskan untuk menjelajahi Senggigi dengan cara yang lebih autentik, dan pilihan jatuh pada cidomo. Menemukannya tak sulit, beberapa cidomo tampak berjejer di dekat pusat keramaian, menunggu penumpang.
Cidomo yang saya pilih tampak terawat dengan baik. Kuda yang menariknya terlihat sehat dan kuat, bulu-bulunya berkilau di bawah sinar matahari pagi. Sang kusir, seorang pria paruh baya ramah bernama Pak Made, menyambut saya dengan senyum lebar. Ia mengenakan pakaian tradisional Lombok yang sederhana namun rapi, menambah kesan kental budaya lokal pada perjalanan ini.
Sebelum memulai perjalanan, Pak Made menjelaskan rute yang akan kami lalui. Ia menawarkan beberapa pilihan, mulai dari rute singkat mengelilingi pusat kota Senggigi hingga rute yang lebih panjang menuju pantai-pantai tersembunyi di sekitarnya. Saya memilih rute yang lebih panjang, ingin merasakan pengalaman menyelami Senggigi secara lebih mendalam.
Perjalanan dimulai. Suara derap kaki kuda yang berpadu dengan bunyi roda kayu yang bergesekan dengan aspal menciptakan irama khas yang menenangkan. Angin sepoi-sepoi menerpa wajah, membawa aroma khas laut dan tumbuhan tropis. Suasana yang jauh berbeda dengan hiruk pikuk kendaraan bermotor. Di sini, waktu terasa lebih lambat, lebih tenang, dan lebih bermakna.
Sepanjang perjalanan, pemandangan yang disuguhkan begitu memikat. Rumah-rumah penduduk dengan arsitektur khas Lombok berjejer rapi di sisi jalan. Warna-warna cerah pada dinding rumah dan ukiran-ukiran kayu menambah keindahan pemandangan. Sesekali, kami melewati sawah-sawah hijau yang membentang luas, memberikan kontras yang indah dengan birunya laut yang terlihat di kejauhan.
Pak Made, kusir cidomo saya, ternyata pribadi yang sangat ramah dan informatif. Ia dengan senang hati bercerita tentang kehidupan di Senggigi, sejarah cidomo, dan berbagai hal menarik lainnya. Dari ceritanya, saya belajar banyak tentang budaya lokal, kehidupan masyarakat, dan juga sejarah tempat-tempat yang kami lewati. Ia juga menunjukkan beberapa tempat menarik yang mungkin luput dari perhatian wisatawan biasa, seperti warung makan lokal yang menyajikan hidangan khas Lombok yang lezat, atau sebuah pura kecil yang tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan.
Perjalanan dengan cidomo juga memungkinkan saya untuk berinteraksi lebih dekat dengan masyarakat lokal. Para pedagang kaki lima, petani, dan anak-anak yang bermain di pinggir jalan tampak ramah dan selalu melambaikan tangan saat kami melewati mereka. Ini adalah pengalaman yang berharga, kesempatan untuk merasakan keramahan dan keakraban masyarakat Lombok yang sesungguhnya.
Saat kami mendekati pantai, pemandangan semakin menakjubkan. Pantai Senggigi dengan pasir putihnya yang lembut dan air lautnya yang jernih terlihat begitu mempesona. Saya bahkan sempat berhenti sejenak untuk mengabadikan momen indah tersebut. Pak Made pun dengan sabar menunggu, bahkan menawarkan bantuan untuk mengambil foto saya.
Perjalanan kembali ke pusat kota tak kalah menarik. Matahari mulai condong ke barat, langit berubah warna menjadi gradasi oranye, merah, dan ungu yang memukau. Pemandangan matahari terbenam di atas laut dari atas cidomo menjadi penutup perjalanan yang sempurna. Rasanya seperti berada dalam sebuah lukisan alam yang indah.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, kami tiba kembali di tempat semula. Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Made atas pengalaman yang tak terlupakan. Ia tersenyum ramah dan mengucapkan selamat tinggal. Saya merasa tak hanya sekedar berkeliling Senggigi, tetapi juga telah melakukan perjalanan yang kaya akan pengalaman budaya dan keindahan alam.
Naik cidomo di Senggigi lebih dari sekadar transportasi. Ini adalah sebuah pengalaman yang membenamkan kita dalam budaya lokal, memperkenalkan kita pada keramahan masyarakat, dan memberikan kesempatan untuk menikmati keindahan alam Lombok dengan cara yang unik dan autentik. Suara derap kaki kuda, angin sepoi-sepoi di wajah, pemandangan alam yang menakjubkan, dan keramahan Pak Made, semuanya terukir indah dalam ingatan saya. Jika Anda berencana mengunjungi Senggigi, jangan lewatkan kesempatan untuk merasakan petualangan yang tak terlupakan ini. Rasakan sendiri pesona Senggigi dari atas cidomo, dan biarkan perjalanan ini menjadi bagian tak terlupakan dari kisah liburan Anda. Anda akan menemukan bahwa keindahan Senggigi tak hanya terletak pada pantainya, tetapi juga pada pengalaman budaya yang kaya dan tak ternilai harganya. Senggigi, dengan cidomonya, akan selalu terukir dalam hati saya sebagai destinasi wisata yang menawarkan lebih dari sekadar pemandangan yang indah.