Tradisi Peresean Pertarungan Adat Sasak yang Unik
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan budaya, menyimpan beragam tradisi unik yang tersebar di berbagai penjuru nusantara. Salah satu tradisi yang menarik perhatian dan patut dijaga kelestariannya adalah Peresean, sebuah seni bela diri sekaligus ritual adat masyarakat Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Peresean bukan sekadar pertarungan, melainkan sebuah manifestasi nilai-nilai kearifan lokal yang sarat makna filosofis dan spiritual.
Peresean, dalam bahasa Sasak, berarti "pertarungan". Namun, sebutan ini tak sepenuhnya menggambarkan esensi dari tradisi ini. Peresean lebih dari sekadar perkelahian; ia adalah sebuah tarian kematian yang terkendali, sebuah peragaan keberanian, kehormatan, dan ksatriaan yang dibalut dengan tata krama dan aturan baku yang sangat ketat. Para pesertanya, yang dikenal sebagai "pemain peresean", bukanlah sekedar petarung yang haus darah, melainkan para pendekar yang menghormati lawan dan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas, meskipun dalam konteks pertarungan yang tampak brutal.
Pertarungan ini menggunakan alat-alat tradisional yang unik. Para pemain peresean menggunakan sejenis rotan yang panjang dan lentur sebagai senjata utama. Rotan ini, yang disebut "penjalin", dianyam dengan sangat hati-hati, memiliki bobot dan kelenturan tertentu yang membuatnya mematikan jika digunakan dengan teknik yang tepat. Selain penjalin, mereka juga menggunakan pelindung tubuh yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi yang telah diolah secara khusus. Pelindung ini, yang disebut "ende", menutupi sebagian besar tubuh pemain, terutama bagian dada, perut, dan lengan. Meskipun demikian, bagian kepala dan kaki tetap terbuka, menjadikan pertarungan ini penuh risiko dan membutuhkan keterampilan serta keberanian yang luar biasa.
Sebelum pertarungan dimulai, suasana sakral akan terasa begitu kental. Para pemain akan menjalani ritual khusus yang dipimpin oleh seorang pawang atau "tukang rampak". Ritual ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan keberhasilan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Doa-doa dan sesajen dihaturkan sebagai bentuk penghormatan dan permohonan perlindungan dari bahaya. Proses ini memperlihatkan bahwa Peresean bukanlah sekadar tontonan semata, melainkan sebuah ritual yang dipenuhi dengan nilai-nilai spiritual yang mendalam.
Setelah ritual selesai, pertarungan pun dimulai. Kedua pemain akan saling berhadapan, dengan gerakan-gerakan yang terukur dan penuh perhitungan. Mereka tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik semata, tetapi juga kecerdasan dan strategi. Setiap pukulan dan tangkisan dibalut dengan ketepatan dan kecepatan yang luar biasa. Meskipun tampak brutal, pertarungan ini tetap menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah ditetapkan secara turun-temurun. Pelanggaran aturan akan mengakibatkan sanksi, bahkan diskualifikasi.
Keunikan Peresean juga terletak pada aspek estetikanya. Meskipun terlihat seperti perkelahian yang keras, pergerakan para pemain peresean memiliki estetika tersendiri. Gerakan-gerakan mereka, yang terkadang diiringi dengan musik tradisional Sasak, menciptakan sebuah tarian pertarungan yang memukau. Keindahan gerakan mereka menunjukkan penguasaan teknik bela diri yang tinggi dan menunjukkan keterampilan mereka dalam mengendalikan kekuatan dan energi.
Di luar aspek fisik, Peresean juga merupakan manifestasi dari nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Sasak. Peresean merupakan ajang untuk menunjukkan keberanian, kehormatan, dan ksatriaan. Para pemain peresean dihormati di masyarakat karena keberanian dan keterampilan mereka. Peresean juga menjadi sarana untuk memelihara persatuan dan kesatuan dalam masyarakat, karena pertarungan ini selalu dilakukan dengan memperhatikan aturan-aturan yang telah ditetapkan secara turun-temurun.
Pertarungan ini tidak hanya dilakukan secara sporadis. Peresean sering diadakan dalam acara-acara adat atau perayaan-perayaan tertentu, seperti upacara pernikahan, panen raya, atau upacara keagamaan. Kehadirannya menambah semarak dan keistimewaan acara tersebut. Peresean menjadi bagian integral dari kehidupan sosial budaya masyarakat Sasak, menunjukkan kekuatan dan ketahanan budaya mereka.
Namun, seiring perkembangan zaman, Peresean menghadapi berbagai tantangan. Modernisasi dan globalisasi berpotensi melemahkan tradisi ini. Oleh karena itu, upaya pelestarian Peresean sangat penting untuk dilakukan. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama menjaga kelestarian tradisi ini agar tidak punah. Pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda sangat diperlukan untuk mempertahankan keterampilan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Peresean.
Dokumentasi dan promosi juga merupakan bagian penting dari upaya pelestarian. Film dokumentasi, artikel, dan kegiatan promosi lainnya dapat dilakukan untuk mempromosikan Peresean kepada masyarakat luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan demikian, Peresean tidak hanya dikenal oleh masyarakat Sasak saja, tetapi juga oleh dunia.
Peresean bukan sekadar tontonan, tetapi sebuah warisan budaya yang berharga. Ia merupakan cerminan dari kekuatan, ketahanan, dan kearifan masyarakat Sasak. Melalui Peresean, kita dapat memahami lebih dalam tentang nilai-nilai kehidupan, kehormatan, dan keberanian yang dipegang teguh oleh masyarakat ini. Oleh karena itu, pelestarian Peresean bukan hanya tanggung jawab masyarakat Sasak saja, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai warga negara Indonesia untuk menjaga kekayaan budaya bangsa. Dengan mempertahankan Peresean, kita sekaligus mempertahankan identitas dan keanekaragaman budaya Indonesia. Semoga Peresean dapat terus lestari dan menjadi salah satu ikon kebudayaan Indonesia di mata dunia. Semoga generasi muda terus tertarik untuk mempelajari dan melestarikan seni bela diri yang unik dan bermakna ini.